Penyebab Kematian Terbanyak Bukan Hewan Buas, tapi Nyamuk

- Editor

Sabtu, 31 Mei 2025 - 06:02 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Jakarta, Sehatcantik.id – Ada hal menarik saat Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia bersama Kementerian Kesehatan dan BPJS Kesehatan meluncurkan Presidium Kaukus Kesehatan dan menyelenggarakan High Level Meeting Koalisi Bersama Lawan Dengue di Gedung DPR RI, Jakarta, pada Senin (26/5).

Di sela acara untuk mendukung agenda kesehatan nasional, khususnya upaya penanggulangan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang terus menjadi ancaman serius di Indonesia, Wakil Menteri Kesehatan Prof. Dante Saksono Harbuwono, mengingatkan pentingnya kewaspadaan terhadap nyamuk sebagai vektor penyakit mematikan.

“Bukan hewan buas yang menjadi penyebab kematian terbanyak, melainkan nyamuk. Gigitan nyamuk, meski tampak sepele, bertanggung jawab atas jutaan kematian setiap tahunnya,” ungkap Prof. Dante.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Menurut Dante, dengue masih menjadi ancaman global dengan lebih dari 3,9 miliar orang di dunia berisiko terinfeksi.
“Indonesia termasuk salah satu negara dengan jumlah kasus tertinggi, bersama Brasil, Kolombia, Meksiko, Peru, dan Vietnam,” tambahnya.

Tahun 2024 tercatat sebagai puncak kasus DBD di Indonesia, dengan lebih dari 1.400 kematian. Pemerintah, lanjut Prof. Dante, menargetkan zero dengue death pada 2030.

“Ini butuh kolaborasi konkret antar-stakeholder, organisasi profesi, dan pengambil kebijakan untuk mewujudkannya,” tegasnya. Sejumlah upaya telah dilakukan pemerintah, mulai dari program satu rumah satu juru pemantau jentik (jumantik), fogging, inovasi nyamuk Wolbachia, hingga pengembangan vaksin dengue.

Baca Juga :  Makanan Jatuh Belum 5 Menit, Apakah Aman?

“Namun semua ini tidak akan berhasil tanpa dukungan lintas sektor, termasuk peran aktif DPR RI dan masyarakat,” jelas Prof. Dante.

Wakil Ketua DPR RI, Cucun Ahmad Syamsurijal, memberikan apresiasi atas pembentukan Presidium Kaukus Kesehatan. “Ini adalah ruang strategis lintas komisi dan fraksi untuk menjembatani kepentingan publik dalam membangun sistem kesehatan nasional,” ujarnya.

Ia menegaskan, DPR RI melalui Komisi IX akan terus mengadvokasi isu-isu kesehatan secara lintas fraksi dan mendukung kebijakan Kementerian Kesehatan, khususnya dalam penguatan layanan primer dan deteksi dini penyakit menular.

“Terutama dalam penguatan layanan primer dan deteksi dini penyakit menulari,” tambahnya.
Anggota Komisi IX DPR RI, Edy Wuryanto, juga menekankan bahwa dengue bukanlah isu baru, namun masih menjadi persoalan yang berulang dengan tren peningkatan setiap tahunnya.

Hingga Mei 2025, Kementerian Kesehatan mencatat lebih dari 56.000 kasus DBD dan 250 kematian. Angka ini menunjukkan perlunya penguatan strategi penanggulangan di berbagai lini, termasuk edukasi dan peningkatan kualitas layanan kesehatan dasar.

Baca Juga :  Jangan Anggap Enteng, Simak Tujuh Tips Mudik Agar Tetap Fit

Ia menegaskan, DPR RI siap menjadi penghubung antara aspirasi rakyat dan pengambilan kebijakan di sektor kesehatan.
“Politik kesehatan diperlukan untuk mendorong pendanaan, edukasi, serta penguatan upaya vaksinasi dan sistem data yang terintegrasi,” ucap nya.

Edy juga menyampaikan apresiasi kepada Kementerian Kesehatan atas berbagai inovasi pasca pandemi. Namun, ia berharap isu dengue mendapat prioritas dalam perencanaan program dan penganggaran yang lebih konkret.

Menurutnya, strategi nasional pengendalian dengue harus diwujudkan dalam aksi nyata, mulai dari pengendalian vektor, deteksi dini, pengobatan, hingga pemanfaatan inovasi teknologi seperti Wolbachia dan insektisida ramah lingkungan. Gerakan 3M Plus (menguras, menutup, mendaur ulang, dan upaya tambahan lainnya) harus menjadi kebijakan kolektif yang terus digalakkan secara masif oleh semua pihak, termasuk DPR.

Dengan sinergi antara pemerintah pusat, daerah, serta kolaborasi masyarakat sipil, pembentukan Presidium Kaukus Kesehatan dan Kobar Lawan Dengue diharapkan menjadi tonggak penting dalam upaya eliminasi dengue dan transformasi sistem kesehatan nasional menuju arah yang lebih responsif dan preventif. (Sbw)

Berita Terkait

Bukan Sulap Bukan Sihir, Area Genital Jadi Cetar
BPOM Dorong Penguatan Kebijakan dan Inovasi Kesehatan Triwulan III 2025
DPR Soroti Kasus Keracunan Berulang MBG, Usul Frasa ‘Gratis’ Dihilangkan
Sikapi Desakan Stop MBG, BPOM Tetap Dukung Program Andalan Prabowo
Diduga Mengandung Minyak Babi, BPOM Minta Ompreng MBG dari Tiongkok Tak Dipakai Dulu
Satu Miliar Lebih Orang Hidup dengan Gangguan Kesehatan Mental
Kepala BPOM Taruna Ikrar Ajak Masyarakat Berdoa untuk Kebaikan Bangsa
BPOM Bongkar Praktik Dokter Hewan dengan Pasien Manusia
Tag :

Berita Terkait

Selasa, 7 Oktober 2025 - 08:04 WIB

Bukan Sulap Bukan Sihir, Area Genital Jadi Cetar

Senin, 6 Oktober 2025 - 21:42 WIB

BPOM Dorong Penguatan Kebijakan dan Inovasi Kesehatan Triwulan III 2025

Kamis, 2 Oktober 2025 - 19:52 WIB

DPR Soroti Kasus Keracunan Berulang MBG, Usul Frasa ‘Gratis’ Dihilangkan

Rabu, 10 September 2025 - 05:53 WIB

Diduga Mengandung Minyak Babi, BPOM Minta Ompreng MBG dari Tiongkok Tak Dipakai Dulu

Kamis, 4 September 2025 - 11:30 WIB

Satu Miliar Lebih Orang Hidup dengan Gangguan Kesehatan Mental

Berita Terbaru

Nikita dituntut 11 tahun penjara dan Rp2 Miliar dalam kasus dugaan pemerasan dan TPPU. (Foto: Danu Baharuddin/Sehatcantik.id

Berita

Nikita Mirzani Dituntut 11 Tahun dan Denda Rp2 Miliar

Jumat, 10 Okt 2025 - 14:17 WIB

Tren filler genital bisa membuat tampilan dan bentuk menjadi lebih baik serta meningkatkan harmonisasi hubungan. (Foto: Freepik)

Berita

Bukan Sulap Bukan Sihir, Area Genital Jadi Cetar

Selasa, 7 Okt 2025 - 08:04 WIB