Jakarta, Sehatcantik.id – Kementerian Kesehatan menaruh perhatian serius untuk mencegah penyakit menular seksual, seperti infeksi Human PapillomaVirus (HPV). Langkah itu akan dilakukan dengan memberikan imunisasi HPV bagi anak laki-laki di bawah usia 15 tahun, guna mencegah penyebaran infeksi tersebut melalui hubungan seksual, sebagai bagian upaya pencegahan kanker serviks di Indonesia.
Dalam temu daring media pada Jumat (13/6), Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan, terdapat dua fase imunisasi tersebut, yakni, Fase 1 pada 2023-2027 dan Fase 2 pada 2028-2030. Rencananya, vaksinasi dilakukan bersamaan Bulan Imunisasi Anak Sekolah.
Menurut Nadia, selain kanker payudara, kanker serviks menjadi penyebab kesakitan dan kematian yang signifikan bagi perempuan Indonesia.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Data Kemenkes menyebutkan, ada sekitar 56 kematian akibat kanker serviks setiap hari. Namun demikian kanker serviks menjadi satu-satunya kanker yang bisa dieliminasi melalui imunisasi.
Itulah sebabnya, menurut Nadia, imunisasi juga perlu diberikan kepada laki-laki, mengingat risiko penularan HPV melalui hubungan seksual sangat mungkin terjadi.
“Kita nggak pernah tahu kapan infeksi virus itu terjadi dan infeksi HPV itu biasanya berupa kutil-kutil saja yang kadang-kadang mungkin kita tidak merasakan bahwa kutil itu bisa di kulit, bisa juga di organ kemaluan kita, baik pada perempuan dan laki-laki,” kata Nadia.
Apabila terjadi hubungan seksual dalam kondisi seperti itu, kata Nadia, hal itu akan berisiko saling menginfeksi pasangan seksual. Oleh karena itu, skrining dengan DNA HPV juga penting, karena dengan demikian dapat melihat apakah seseorang berisiko terkena kanker serviks.
Diketahui, pada laki-laki, HPV juga dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, mulai dari kutil kelamin, bahkan sejumlah jenis kanker yang menyerang berbagai organ, seperti anus, penis, dan orofaring.
“Kami mengingatkan sekali lagi bahwa vaksinasi atau imunisasi HPV akan diberikan pada perempuan dan laki-laki dan akan kita lakukan imunisasi kejar juga untuk yang mereka mungkin terlewatkan vaksinasi ini,” kata Nadia.
Imunisasi HPV diberikan pada anak kelas 5 SD atau usia 11-12 tahun dengan imunisasi kejar yang dilakukan pada anak usia 15 tahun.
Dalam hal ini, terdapat tiga target dalam upaya eliminasi kanker serviks, yakni 90 persen anak perempuan dan laki-laki diimunisasi HPV sebelum usianya 15 tahun, 75 persen perempuan usia 30-69 tahun yang melakukan skrining DNA HPV, dan 90 persen perempuan dengan lesi pra-kanker ataupun dengan kanker yang invasif mendapatkan tata laksana.
Imunisasi HPV Gratis Aman untuk Anak
Kemenkes memastikan, imunisasi HPV gratis yang dibagikan di program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) dipastikan aman dan berkualitas baik, sehingga masyarakat tidak perlu khawatir.
Sebelumnya, Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan Prima Yosephine mengungkapkan, sejumlah orang tua meragukan keamanan vaksin tersebut, karena menganggap vaksin gratis sehingga mengira kualitasnya tidak terlalu baik.
“Padahal yang kita sampaikan, yang kita berikan kepada masyarakat itu adalah sama persis dengan apa yang diberikan di layanan, di praktik teman-teman dokter,” ujar Prima.
Menurut Prima, semua vaksin yang diberikan saat Bulan Imunisasi Anak Sekolah, termasuk vaksin HPV, telah mendapat izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Dengan adanya izin tersebut, maka dapat dipastikan bahwa vaksin tersebut aman.
Prima menambahkan, vaksin-vaksin tersebut juga gratis karena ditanggung oleh negara menggunakan uang dari pajak yang mereka bayarkan, sehingga orang tua rugi apabila melewatkan kesempatan tersebut untuk membuat anaknya sehat.
Dia menambahkan, orang tua juga bisa menyesal seumur hidup apabila anak mereka menjadi sakit karena kelalaian mereka.
Kematian karena Kanker Serviks Tinggi
Kemenkes juga menyoroti tingginya kasus kanker serviks serta kematian yang disebabkan penyakit tersebut. Berdasarkan data 2022 dari International Agency for Research on Cancer, perkiraan total seluruh kasus kanker di Indonesia adalah 408 ribu, dengan kematian 242 ribu.
“Kalau kita lihat per 100 ribu penduduk angka kita adalah 136,9,” kata Nadia.
Melihat prevalensi tersebut, menurut Nadia, pemerintah melakukan sejumlah strategi komprehensif dan terintegrasi, seperti pemeriksaan kanker payudara, kanker leher rahim, yang disertakan dalam Cek Kesehatan Gratis (CKG).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kanker leher rahim dapat dieliminasi karena vaksin untuk mengatasi virus yang menyebabkannya, yakni HPV, sudah tersedia.
Sejak pelaksanaan vaksinasi secara nasional pada 2023, sebanyak 2,9 juta anak sudah mendapatkan vaksin HPV tersebut. (sbw)