Jakarta, Sehatcantik.id – Ada kejutan kecil di dunia birokrasi pekan ini. Bukan soal reshuffle atau wacana kementerian baru, tapi tentang lembaga yang selama ini dikenal tenang dan kerap berada di balik layar. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI tiba-tiba berada di posisi bergengsi berdasarkan hasil survei.
Dalam survei yang digelar Yayasan Lembaga Kajian Pembangunan (YLKP) bersama PT Menit Indonesia Cerdas, BPOM menempati posisi ketiga nasional lembaga paling dipercaya publik, dengan skor 84,7%. Di atasnya hanya ada Sekretariat Kabinet dengan skor 88,3%, dan Kemenko Pangan, 86,1%,
Lembaga yang tiap hari mengurus izin kosmetik, obat, suplemen, dan belakangan terlibat dalam pengawasan Makan Bergizi Gratis itu, kini seolah membuktikan kerja kerasnya. Ini jelas bukan sulap, bukan sihir, tapi buah dari kerja nyata yang rupanya memang diam-diam dicatat rakyat.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Survei ini YLKP ini dilakukan dalam rentang 1–19 Oktober 2025. Metodenya acak tapi serius: melibatkan 2.100 responden di 38 provinsi.

Skor BPOM mungkin terlihat biasa, tapi bagi lembaga pengawas itu seolah bagaikan pemain sepakbola yang tak diunggulkan, tapi tiba-tiba mencetak gol indah di menit ke-90.
“Kami merasakan sebagai sebuah kehormatan dan sekaligus menjadi pendorong semangat untuk lebih meningkatkan kinerja BPOM secara maksimal untuk berkontribusi bagi pelayanan masyarakat luas,” kata Kepala BPOM Taruna Ikrar, melalui aplikasi pesan kepada Sehatcantik.id, Minggu (19/10/2025).
Taruna Ikrar, Sang “Dokter Reformasi”
Sejak dipimpin Taruna Ikrar, BPOM memang bukan lagi kantor yang identik dengan tumpukan berkas dan cap stempel. Di tangan Taruna, BPOM menjelma jadi lembaga digital yang gesit. Izin edar sekarang bisa dipantau online, pengawasan produk terintegrasi dengan big data, dan yang paling penting, BPOM mulai tegas menindak siapa pun yang bertingkah tak sesuai aturan.
“Transformasi digital bukan pilihan, tapi keharusan,” kata Taruna dalam beberapa kesempatan. Taruna paham, kecepatan birokrasi menentukan kepercayaan publik, dan survei ini seolah menjadi validasi atas kerja senyap yang selama ini dilakukan tim besarnya.
Bukan Sekadar Cek Label
Publik selama ini mengenal BPOM hanya sebatas pemberi stempel di kemasan: “Telah terdaftar di BPOM RI.” Padahal, di balik label itu, ada sistem pengawasan berlapis, mulai dari uji laboratorium, sertifikasi, hingga pengawasan daring.
Kini, bahkan ada BPOM Mobile, aplikasi yang bisa memindai keaslian produk lewat barcode. Bayangkan, di tengah euforia belanja daring, di mana serum wajah dan suplemen muncul tiap dua jam sekali, BPOM hadir seperti satpam digital yang sabar tapi sigap. BPOM adalah mata-mata agar konsumen melakukan pengecekan terlebih dahulu sebelum membeli.
Dampak Nyata, Kepercayaan Naik
YLKP mencatat, alasan publik menilai tinggi BPOM adalah karena kinerjanya terasa langsung. Boleh jadi banyak yang tak tahu siapa pejabatnya, tapi hasilnya bisa dirasakan: makanan lebih aman, kosmetik lebih terjamin, dan suplemen tak lagi sembarangan dijual.
Tidak semua lembaga punya “output” yang bisa dilihat atau rasakan sehari-hari. Tapi BPOM berbeda. Dari mi instan, susu bayi, sampai skincare, semua masuk dalam radar BPOM.
Hasilnya? Kepercayaan tumbuh bukan karena slogan, tapi karena memang ada keamanan yang nyata. Kalau obat yang diminum aman, kalau makanan untuk anak terjamin, itu semua–meski jarang kita sadari–buah kerja BPOM.
Survei Kredibel dan Ilmiah
Direktur PT Menit Indonesia Cerdas Andi Besse Nabila Saskia memaparkan, survei ini dilakukan secara independen dan menggunakan metode multistage random sampling dengan tingkat kepercayaan 95% dan margin of error ±2,9%.
“Survei ini bukan opini, tapi hasil riset ilmiah yang bisa dipertanggungjawabkan secara akademik. Enumerator kami tersebar di 38 provinsi, memastikan validitas data dan keterwakilan publik yang akurat,” ungkap Andi Besse Nabila Saskia, dilansir Menit Indonesia.

Gaya Baru Pengawas Lama
Menariknya, gaya BPOM kini makin terbuka. Lembaga ini aktif di media sosial, menggencarkan edukasi publik, bahkan menggandeng pemengaruh untuk mengampanyekan produk aman.
BPOM tak lagi sekadar menjadi “polisi makanan”, tapi juga “suhu gaya hidup sehat”. Dan survei YLKP ini seolah menjadi standing ovation kecil dari publik. Akhirnya, lembaga yang tak jarang dicemooh netizen ini dapat pengakuan layak.
Cermin untuk Lembaga Lain
Di tengah banyak lembaga yang masih sibuk mencari cara agar dipercaya, BPOM justru sudah punya resepnya: kerja nyata, transparan, dan dekat dengan masyarakat.
BPOM tidak memoles citra, tapi menata sistem.
Dari Label ke Pengakuan
Di era Prabowo-Gibran yang menuntut percepatan birokrasi dan efisiensi pelayanan publik, BPOM memberi contoh bahwa reformasi tidak harus ramai, yang penting hasilnya terasa.
Jadi lain kali bila melihat tulisan “Terdaftar di BPOM RI” di botol minuman atau skincare baru, mungkin patut tersenyum kecil. Di balik kode itu, ada kerja keras satu lembaga yang kini berhasil menembus hati rakyat, tanpa kampanye, tanpa jargon berlebihan.
BPOM tentu cuma melakukan tugas. Tapi, seperti kata pepatah lama, “Yang bekerja dengan tenang, biasanya paling dipercaya.” Dan kali ini, rakyat sepakat: BPOM memang pantas dapat medali perunggu di podium kepercayaan publik. Selamat, BPOM! (Sbw)













